Rabu, 08 Juni 2016

Pertama Menjadi Ibu, Pertama Memberi ASI, Pertama Merasakan Baby Blues

Siapa yang tidak bahagia menjadi seorang ibu??.. setelah 9 bulan membawa badan sendiri dan manusia mungil ditubuh kita, tidak ada hal yang lebih membahagiakan selain bertemu dengan sosok mungil ini.

Dengan berbekal buku-buku parenting dan beberapa nasehat orang tua (sesungguhnya nasehat ini walopun tidak masuk akal tapi cukup mempengaruhi, secara tidak disadar) saya mempersiapkan kehadiran si putri kecil. Nasehat paling saya takuti adalah dilarang membeli perlengkapan bayi sebelum usia kandungan 7 bulan *rolled eyes*... penjelasannya "PAMALI!" udah gitu aja.

Lalu memasuki trismester akhir masa hamil, mulai banyak nasehat cara bagaimana melahirkan lalu memberi ASI. Bahkan sampai ngepel jongkok saya lakukan demi lancar persalinan ;)). Selanjutnya nasehat membersihkan puting susu agar ASI tidak mampet saat menyusui pun saya lakukan, akibatnya kontraksi-kontraksi kecil saya alami *huftt!!*.

Yah, hamil dan menyusui semacam drama bagi saya, kadang sedih, lucu dan mengharukan.

Ruang Bersalin, Haru.
Akhirnya yang ditunggu mau keluar juga, setelah hampir 8 jam lebih menunggu proses pembukaan jalan lahir. Akhirnya dengan dua kali ambil nafas dan mengejan...si mungil menangis, lalu segera diletakan di perut saya untuk melakukan proses IMD, tidak berlangsung lama.. 15 menit si mungil merayap pelan sampai di puting dan hanya menjilat-jilat, tidak menghisap (sad). Si munggil pun diangkat lalu mulai ditimbang... ditunggu menangis lalu dibersihkan.

Ruang Laktasi, Sedih.
Setelah proses bersalin yang singkat (jangan bandingkan dengan proses pembukaan), cukup lama sampai tengah malam saya dipanggil karena harus menyusui. Pertama kali bertemu, bahagia. Akhirnya bisa melihat si mungil, tapi selanjutnya adalah mimpi buruk. Diruang laktasi dari beberapa anak dengan ibunya, hanya saya dan si mungil yang tidak tenang. Si mungil menangis tidak henti menganggu aktifitas menyusui ibu dan bayi lain. Saya panik! Adegan menyusui mulai membuat saya khawatir. "Kenapa anak saya nangis?' ... "Apakah tidak ada ASI yang keluar?"... Sampai akhirnya perawat menggendong si mungil dan membawa ke ruangan istirahatnya, masih dengan menangis. 
Sedihnya bukan main, saya sampai rela melakukan apapun supaya si mungil tidak menangis dan  tenang seperti bayi menyusui lain diruang laktasi. 

Dini haripun saya kembali dipanggil untuk menyusui, adegan yang sama terulang. Saya kembali panik, si mungil menangis histeris sampai mukanya hitam kemerahan. Ini beneran gila, sayapun tidak kuat lalu ikut menangis. Sampai saya minta tolong suster bagaimana supaya ASI saya dapat diminum si mungil & salah satu suster dengan santai memelintir puting saya. Reflek saya tepis dan marah, tapi katanya itu cara agar asi keluar dan lancar. You know how it feels??.... sakit?? iya banget, bahkan menyusui aja rasanya seperti silet mengiris-iris puting *karena pelekatan yang tidak benar* (cry). 

Rumah, Baby Blues Attack 
Hari kedua, saya pulang membawa si mungil. Masih tetap sedih karena adengan menyusui yang menakutkan dan si mungil yang tiap jam rasanya menagis terus menerus. Lalu mendengarkan nasehat orang tua yang mulai panik cucunya nangis melulu karna berfikir ASInya kurang dan mereka bilang harus dibantu sufor. Rasa ga ikhlas dengan pernyataan tersebut malah makin memperburuk kondisi saya sebagai ibu. Kondisi dimana tak tega melihat si mungil menangis terus dan mendengar pernyataan orang-orang yang bilang si mungil kekurangan ASI (yang walopun si mungil nagis histeris, tapi hasil tes kuningnya rendah banget ). Entah karena ini pemacunya, tanpa saya sadari saya mengalami Baby Blues, saya takut kepada si mungil. Si mungil membuka matanya saja tanpa menangis rasanya saya mau kabur kemanapun asal jangan satu ruangan dengan si mungil dan saat si mungil menangis, saya bahkan menangis lebih kencang. 

Akhirnya saya putuskan saya harus bisa memberikan asi yang banyak, supaya si mungil tidur terus, tidak menangis. Setiap pagi pun saya minta dibuat sayur katuk sepanci besar, yang bisa saya makan 8x dalam sehari. Saya makan apapun dengan berlebih, dengan tujuan akan menghasilkan lebih banyak ASI, namun tetap saja setiap adegan menyusui perasaan saya selalu diliputi rasa ngeri. Makan berlebih pun membuat saya juga megalami sembelit, setiap adengan buang air saya harus pakai pencahar yang dimasukan dari bawah. Dan karena adegan buang air yang mengejan membuat jahitan melahirkan saya jadi bermasalah. Semua membuat saya makin sedih.

Akhirnya, Happy.
Akhirnya semua bisa terlewati 4 bulan kemudian, hal-hal yang membuat sedih sudah bisa saya kalahkan. Alhamdulillah, hanya berlangsung 4 bulan kalau lebih mungkin saat ini saya tidak bisa share ini dengan senyum bahagia. 

Drama yang saya alami mungkin juga dialami oleh beberapa ibu dibelahan Indonesia yang lain. Tapi sungguh, saat ini dimana informasi semakin terbuka, kenyataannya ASI lebih baik dari susu apapun di dunia ini untuk bayi. Sehingga kebutuhan memberi ASI kepada si buah hati juga  meningkat. Bahkan saya yang mengalami baby blues pun tetap mengkonsumsi daun katuk yang harus diolah terlebih dahulu, baru bisa dikonsumsi. Yang padahal sekarang sudah banyak produk suplemen dengan komposisi daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI *another huft*





Menghadiri acara kumpul blogger dengan pembahasan mengenai ASI, memperkenalkan saya pada produk Herbatia Sari ASI. Saya menyukai produk ini dengan beberapa alasan yaitu, produk ini diproduksi oleh PT. Tunggal Idaman Abdi, yang produknya memiliki kwalitas yang baik dengan standar internasional. Selanjutnya karena kandungan Herbatia Sari ASI yang tidak hanya mengandung ekstrak daun katuk namun juga terdapat ekstrak biji klabet. Daun katuk sendiri mengandung polifenol yang merangsang pelepasan hormon prolaktin untuk memproduksi ASI sedangkan biji klabet mengandung diosgenin yang berfungsi meningkatkan hormon prolaktin & oksitosin untuk memperlancar ASI. Jadi jangan sampai ada pemikiran "ASI saya tidak keluar" atau "ASI saya tidak cukup" karena ASI ibu akan selalu keluar jika disusui dan cukup untuk buah hatinya. Tips saya untuk ibu-ibu yang menyusui agar lebih rilex ketika waktu menyusui, jangan lupa untuk mengkonsumsi makanan (mana mungkin lupa, ibu menyusui=pemakan apa saja) yang sehat juga minum suplemen yang baik untuk ASI. Semoga dapat menjadi solusi menyusui yang sehat alami, karna yang sehat dan alami pasti baik untuk ibu juga buah hati.

Finally, saya memutuskan no more worries to have another mini me. Karena saya akan belajar dari pengalaman dan meminum suplemen ASI yang sehat alami. 

ciao~~~



Selasa, 12 April 2016

New Project

Sudah banyak blog yang dibuat namun lewat begitu saja, tidak ada post lanjutannya. 
Padahal waktu sebagai ibu rumah tangga membuat saya punya cukup banyak waktu untuk menemukan bahan cuap-cuap, tapi ya sudahlah yaa... anggep aja ini resolusi blog baru "Tidak seperti yang sudah-sudah".

Selanjutnya selamat menemukan kebahagiaan di semua kegiatan saya.